Rabu, 31 Oktober 2012

Pengalaman yang tak terlupakan di tahun baru


Tahun baru dulu dan sekarang, saya tidak pergi wisata kemana-kemana, cuma di rumah saja menonton acara terlevisi yang biasanya menayangkan film baru-baru atau berinternet ria bersama dengan sahabat saya sejak dari TK, Iswan. Saya pun teringat pengalaman tidak terlupakan dan cukup membuat deg-degan ketika merayakan tahun baru tujuh tahun lalu. Seperti biasa, saya dan sahabat saya sejak TK, Iswan (bukan nama sebenarnya) merayakan tahun baru dengan bermain internet di sebuah warnet yang terletak di jalan HOS Cokroaminoto.
Jam masih menunjukkan pukul 19.00 WIB.
“Pak, Bu”.
“Saya pergi dulu mau tahun baru-an dengan Iswan di rumahnya”, saya berpamitan kepada kedua orang tua. Seperti perkiraan saya, kedua orang tua mengijinkan karena rumah Iswan masih berada satu kampung. Dan butuh dua puluh menit untuk tiba di rumahnya. Saya pun berangkat menuju ke rumah Iswan.
Dua puluh menit, saya sudah tiba di rumah Iswan. Di rumahnya, Iswan menyambut saya dengan hangat. Lalu kami berdua bersantai dulu melihat film di televisi. Sekitar jam 22.00 WIB, kami berdua memutuskan untuk berangkat ke warnet. Seperti biasa, saya dan Iswan melewati jalan Pembela Tanah Air terlebih dulu baru setelah itu melewati jalan HOS Cokroaminoto, tempat warnet “langganan” kami berdua. Di seberang jembatan sebelah selatan yang ada di jalan Pembela Tanah Air ada rumpun bambu yang lumayan rimbun. Tapi ketika berangkat, semuanya berjalan aman dan tidak terjadi apa-apa.
Tiba di warnet “langganan”, kami berdua langsung bermain internet. Tak terasa, kami bermain internet sampai dini hari jam 00.30 WIB. Kami berdua yang sudah lelah dan mengantuk memutuskan untuk pulang. Selama perjalanan kembali ke rumah Iswan, saya mencoba mengobrol dengan Iswan untuk mengatasi rasa kantuk. Iswan pun juga menanggapinya. Jadilah sepanjang perjalanan itu, kami berdua mengobrol seru terkadang diselingi canda tawa.
Ketika tiba di jembatan yang ada di jalan Pembela Tanah Air, saya memutuskan untuk berjalan meninggalkan Iswan dibelakang. Karena teringat sesuatu yang tadi lupa dikatakan kepada Iswin, saya menengok ke belakang. Begitu menengok ke belakang, yang saya lihat bukan Iswan tapi sesosok makhluk dengan mata yang bersinar mengerikan memandang tajam kearah saya. Spontan, saya hanya bisa terdiam beberapa saat hingga Iswan menghampiri dan menegur saya. Setelah agak tenang, saya menceritakan kejadian yang baru saja saya alami kepada Iswan.
“Sudah tidak usah dipikirkan, mungkin saja hanya sinar lampu mobil yang tadi kebeulan lewat sini”.
“Sekarang kamu baca doa saja”, kata Iswan menenangkan saya. Sambil berjalan menuju rumah Iswan, saya membaca doa dalam hati. Tiba di rumah Iswan,
“Betul juga, kalau makhluk gaib tidak diganggu maka mereka tidak akan menganggu kita”, saya mencoba berpikir positif. Iswan hanya mengangguk mendengar perkataan saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar