Pengertian
dari Ruang lingkup adalah Batasan. Ruang lingkup juga dapat dikemukakan pada
bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan
lokasi penelitian. Penggambaran Ruang lingkup Dapat Kita Nilai Dari data
karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang bagaimana keadaan responden penelitian kita, yang boleh
jadi diperlukan untuk melihat data hasil pengukuran variabel-variabel yang
diteliti.
Sebagai
Contoh Ruang lingkup Pada populasi dan sampel Dapat digunakan jika penelitian
yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian, Akan tetapi jika
sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok
digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental.
CONTOH RUANG LINGKUP
1.Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Kependudukan
Ekonomi
kependudukan pada dasarnya memiliki dua aspek pengertian. Pertama,
ekonomi kependudukan adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana dampak ekonomi
yang ditimbulkan dari dinamika penduduk. Kedua, ekonomi kependudukan adalah ilmu
yang menganalisis dinamika penduduk dengan menggunakan “peralatan ekonomi”.
Pengertian dinamika penduduk sendiri mencakup perubahan jumlah, struktur dan
persebaran penduduk yang diakibatkan oleh variabel fertilitas, mobilitas dan mortalitas.
Pada pengertian pertama, ekonomi kependudukan mengkaji tentang “posisi”
penduduk dalam pembangunan ekonomi, baik di tingkat mikro maupun di tingkat makro.
Berbagai teori ekonomi mencoba menjelaskan tentang posisi penduduk dalam
pembangunan ekonomi. Secara umum “penduduk” ditempatkan sebagai (a) input
produksi –dalam konteks menyediakan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses
produksi, dan; (b) sebagai konsumen yang menggunakan berbagai sumberdaya ekonomi.
Sebagai input produksi, posisi penduduk dalam pembangunan ekonomi diredusir
dalam kaitan dengan penyedia tenaga kerja. Itulah sebabnya ekonomi kependudukan
pada dasarnya juga mencakup ekonomi ketenagakerjaan. Dalam banyak hal analisis
ekonomi ketenagakerjaan bahkan lebih maju dibanding dengan ekonomi kependudukan
dalam pengertian yang luas. Demikian berkembangnya analisis ekonomi ketenagakerjaan
sehingga muncul kesan seolah-olah ekonomi ketenagakerjaan menjadi suatu
disiplin tersendiri yang terlepas dari ekonomi kependudukan.
Sebagai konsumen, penduduk memiliki peran “menghabiskan” sumberdaya
ekonomi yang tersedia. Padahal sumberdaya yang tersedia jumlahnya amat terbatas,
dibanding jumlah penduduk yang terus meningkat. Dalam kaitan ini ekonomi
kependudukan mengkaji tentang dampak ekonomi yang ditimbulkan dari meningkatnya
jumlah, struktur dan persebaran (dinamika) penduduk. Berbagai kajian telah dilakukan
oleh banyak ahli dalam kaitan tentang hal ini. Pada perkembangan selanjutnya kajian
ekonomi terhadap terbatasnya sumberdaya alam –relatif dibanding dengan meningkatnya
jumlah penduduk– lebih banyak dibahas dalam ekonomi lingkungan.
Kajian tentang dampak ekonomi dari dinamika penduduk kemudian berkembang
dengan melihat karakteristik ekonomi penduduk. Persoalan-persoalan seperti kemiskinan,
ketimpangan distribusi pendapatan dan sebagainya pada awalnya sebenarnya merupakan
juga ekonomi kependudukan. Kajian-kajian tersebut kemudian terus berkembang sampai
akhirnya muncul sebuah kajian tersendiri yang dinamakan dengan ekonomi
5
pembangunan (development economics). Kajian ekonomi pembangunan bermula dari
ketertarikan para ekonom negara maju untuk menganalisis ekonomi negara berkembang
yang memiliki karakteristik penduduk berbeda dengan negara maju1.
Dengan demikian pada aspek pertama, pengertian ekonomi kependudukan pada
dasarnya mencakup tema-tema yang dibahas dalam ekonomi ketenagakerjaan, ekonomi
lingkungan dan ekonomi pembangunan. Namun karena kajian tentang ekonomi
ketenagakerjaan, ekonomi lingkungan dan ekonomi pembangunan sudah demikian maju
maka tema-tema yang diangkat dalam ekonomi kependudukan mengambil topik yang
lebih spesifiik lagi menyangkut variabel dinamika penduduk yaitu migrasi, mobilitas,
ageing dan sebagainya.
Pada pengertian kedua, penduduk tidak hanya sebagai “bagian pasif ” dari analisis
ekonomi melainkan sebagai “subyek yang dikaji” dengan menggunakan peralatan
ekonomi. Topiknyapun lebih spesifik, tidak hanya terbatas pada jumlah penduduk tetapi
lebih tajam lagi terhadap (a) struktur dan persebaran penduduk, serta; (b) variabelvariabel
dinamika penduduk yaitu fertilitas, mobilitas dan mortalitas. Dalam pengertian
kedua ini, ekonomi kependudukan menganalisis “dinamika penduduk” (fertilitas,
mobilitas, mortalitas dan struktur penduduk) dengan menggunakan “peralatan ekonomi”.
Dalam pengertian kedua ini ekonomi kependudukan dapat dikatakan menampilkan
wajahnya sendiri. Dalam pengertian ini topik-topik yang dibahas dalam ekonomi
kependudukan betul-betul berkaitan erat dengan variabel dinamika kependudukan seperti
fertilitas, mobilitas dan mortalitas.
ekonomi kependudukan adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana dampak ekonomi
yang ditimbulkan dari dinamika penduduk. Kedua, ekonomi kependudukan adalah ilmu
yang menganalisis dinamika penduduk dengan menggunakan “peralatan ekonomi”.
Pengertian dinamika penduduk sendiri mencakup perubahan jumlah, struktur dan
persebaran penduduk yang diakibatkan oleh variabel fertilitas, mobilitas dan mortalitas.
Pada pengertian pertama, ekonomi kependudukan mengkaji tentang “posisi”
penduduk dalam pembangunan ekonomi, baik di tingkat mikro maupun di tingkat makro.
Berbagai teori ekonomi mencoba menjelaskan tentang posisi penduduk dalam
pembangunan ekonomi. Secara umum “penduduk” ditempatkan sebagai (a) input
produksi –dalam konteks menyediakan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses
produksi, dan; (b) sebagai konsumen yang menggunakan berbagai sumberdaya ekonomi.
Sebagai input produksi, posisi penduduk dalam pembangunan ekonomi diredusir
dalam kaitan dengan penyedia tenaga kerja. Itulah sebabnya ekonomi kependudukan
pada dasarnya juga mencakup ekonomi ketenagakerjaan. Dalam banyak hal analisis
ekonomi ketenagakerjaan bahkan lebih maju dibanding dengan ekonomi kependudukan
dalam pengertian yang luas. Demikian berkembangnya analisis ekonomi ketenagakerjaan
sehingga muncul kesan seolah-olah ekonomi ketenagakerjaan menjadi suatu
disiplin tersendiri yang terlepas dari ekonomi kependudukan.
Sebagai konsumen, penduduk memiliki peran “menghabiskan” sumberdaya
ekonomi yang tersedia. Padahal sumberdaya yang tersedia jumlahnya amat terbatas,
dibanding jumlah penduduk yang terus meningkat. Dalam kaitan ini ekonomi
kependudukan mengkaji tentang dampak ekonomi yang ditimbulkan dari meningkatnya
jumlah, struktur dan persebaran (dinamika) penduduk. Berbagai kajian telah dilakukan
oleh banyak ahli dalam kaitan tentang hal ini. Pada perkembangan selanjutnya kajian
ekonomi terhadap terbatasnya sumberdaya alam –relatif dibanding dengan meningkatnya
jumlah penduduk– lebih banyak dibahas dalam ekonomi lingkungan.
Kajian tentang dampak ekonomi dari dinamika penduduk kemudian berkembang
dengan melihat karakteristik ekonomi penduduk. Persoalan-persoalan seperti kemiskinan,
ketimpangan distribusi pendapatan dan sebagainya pada awalnya sebenarnya merupakan
juga ekonomi kependudukan. Kajian-kajian tersebut kemudian terus berkembang sampai
akhirnya muncul sebuah kajian tersendiri yang dinamakan dengan ekonomi
5
pembangunan (development economics). Kajian ekonomi pembangunan bermula dari
ketertarikan para ekonom negara maju untuk menganalisis ekonomi negara berkembang
yang memiliki karakteristik penduduk berbeda dengan negara maju1.
Dengan demikian pada aspek pertama, pengertian ekonomi kependudukan pada
dasarnya mencakup tema-tema yang dibahas dalam ekonomi ketenagakerjaan, ekonomi
lingkungan dan ekonomi pembangunan. Namun karena kajian tentang ekonomi
ketenagakerjaan, ekonomi lingkungan dan ekonomi pembangunan sudah demikian maju
maka tema-tema yang diangkat dalam ekonomi kependudukan mengambil topik yang
lebih spesifiik lagi menyangkut variabel dinamika penduduk yaitu migrasi, mobilitas,
ageing dan sebagainya.
Pada pengertian kedua, penduduk tidak hanya sebagai “bagian pasif ” dari analisis
ekonomi melainkan sebagai “subyek yang dikaji” dengan menggunakan peralatan
ekonomi. Topiknyapun lebih spesifik, tidak hanya terbatas pada jumlah penduduk tetapi
lebih tajam lagi terhadap (a) struktur dan persebaran penduduk, serta; (b) variabelvariabel
dinamika penduduk yaitu fertilitas, mobilitas dan mortalitas. Dalam pengertian
kedua ini, ekonomi kependudukan menganalisis “dinamika penduduk” (fertilitas,
mobilitas, mortalitas dan struktur penduduk) dengan menggunakan “peralatan ekonomi”.
Dalam pengertian kedua ini ekonomi kependudukan dapat dikatakan menampilkan
wajahnya sendiri. Dalam pengertian ini topik-topik yang dibahas dalam ekonomi
kependudukan betul-betul berkaitan erat dengan variabel dinamika kependudukan seperti
fertilitas, mobilitas dan mortalitas.
2.Pengertian & Ruang Lingkup Komunikasi Internasional
Pengertian
Komunikasi Internasional (International Communication) adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara –untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya—kepada komunikan yang mewakili negara lain.
Komunikasi Internasional (International Communication) adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara –untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya—kepada komunikan yang mewakili negara lain.
Sebagai
sebuah bidang kajian, Komunikasi Internasional memfokuskan perhatian pada
keseluruhan proses melalui mana data dan informasi mengalir melalui batas-batas
negara. Subjek yang ditelaah bukanlah sekedar arus itu sendiri, melainkan juga
struktur arus yang terbentuk, aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, sarana
yang digunakan, efek yang ditimbulkan, serta motivasi yang mendasarinya.
Dilihat
dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dipandang sebagai terbagi
antara:
1. Official Transaction, yakni kegiatan komunikasi yang dijalankan pemerintah.
2. Unofficial Transaction atau disebut juga interaksi transnasional, yakni kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah.
1. Official Transaction, yakni kegiatan komunikasi yang dijalankan pemerintah.
2. Unofficial Transaction atau disebut juga interaksi transnasional, yakni kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah.
Pemerintah,
sebagai salah satu pelaku utama komunikasi internasional, menjalankan sejumlah
langkah yang berpengaruh terhadap posisi negara yang diwakilinya dalam
percaturan politik internasional. Pemerintah dapat menjalankan langkah-langkah
yang berefek politik langsung, seperti: diplomasi dan propaganda; ataupun
langkah yang berdampak tidak langsung, seperti: mempromosikan pendidikan
internasional.
Kegiatan
komunikasi internasional bisa berlangsung antara people to people ataupun
goverment to government. Markham (1970) menyatakan, unit primer yang diamati
dalam komunikasi internasional adalah interaksi antara dua negara atau lebih
yang sifatnya Mass Mediated Communication.
Tegasnya, komunikasi internasional juga adalah studi tentang
berbagai macam Mass Mediated Communication antara dua negara atau lebih yang
berbeda latar belakang budaya. Perbedaan latar belakang tersebut dapat berupa
perbedaan ideologi, budaya, perkembangan ekonomi, dan perbedaan bahasa.
Kriteria Komunikasi Internasional
Ada tiga kriteria yang membedakan komunikasi internasional
dengan bentuk komuniksai lainnya:
1.
Jenis isu, pesannya bersifat global.
2.
Komunikator dan komunikannya berbeda
kebangsaan.
3.
Saluran media yang digunakan
bersifat internasional.
Dengan kriteria demikian, komunikasi internasional dapat
didefinisikan pula sebagai “sebuah komunikasi yang interaksi dan ruang
lingkupnya bersifat lintas negara serta berlangsung di antara orang-orang yang
berbeda kebangsaan dan memiliki jangkauan penyampaian pesan melintasi batas-batas
wilayah suatu negara”.
Fokus Studi
Fokus studi komunikasi internasional pada awalnya adalah
studi tentang arus informasi antar negara-negara dan dalam perkembangannya
muncul studi tentang propaganda.
Adanya
perubahan paradigma komunikasi internasional dari Free Flow Information manjadi
Free and Flow Information menyebabkan mulai berkembangnya fokus studi
komunikasi internasional antara lain studi tentang imperialisme media,
globalisasi, privatisasi, era informasi.
Sejalan
dengan berubahnya paradigma arus komunikasi internasional mulai muncul juga
Global Communication Order atau yang kita kenal dengan “tata komunikasi dan
informasi dunia baru”. Munculnya wacana ini dipicu dari bermunculannya
pemimpin-pemimpin dunia ketiga yang mulai menyadari bahwa paradigma komunikasi
internasional Free Flow Information ternyata bukanlah arus informasi bebas yang
seimbang. Pada kenyataanya arus informasi bebas lebih berkembang menjadi arus
utara ke selatan dan barat ke timur tetapi tidak ada arus informasi yang
seimbang dari timur ke barat atau dari selatan ke utara.
Fenomena
kontemporer mengenai komunikasi internasional yang dapat diamati saat ini,
adalah bagaimana hubungan antarnegara kini semakin dinamis dengan perkembangan
teknologi informasi. Banyak masalah antarnegara yang dibahas dalam bingkai
komunikasi internasional, yang tidak melulu masalah politik dan keamanan.
Masalah-masalah lingkungan hidup, kesejahteraan, kini juga menjadi masalah
bersama di antara banyak negara. Bahkan terkadang terdapat satu masalah yang
dibahas secara global oleh masyarakat dalam dialog global civil society,
semisal masalah terorisme. Masalah ini bukan lagi notabene masalah pemerintah
atau negara saja, tetapi telah menjadi masalah masyarakat.
Fungsi Komunikasi Internasional
1.
Mendinamisasikan hubungan
internasioanl yang terjalin antara dua negara atau lebih serta hubungan di
berbagai bidang antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda negara/kebangsaan.
2.
Membantu/menunjang upaya-upaya
pencapaian tujuan hubungan internasioanl dengan meningkatkan kerjasama
internasional serta menghindari terjadinya konflik atau kesalahpahaman baik
antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar penduduk .
3.
Merupakan teknik untuk mendukung
pelaksanaan politik luar negeri bagi masing-masing negara untuk memperjuangkan
pencapaian kepentingan di negara lain. (brawijaya.ac.id).
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup
Komunikasi internasional dapat dipelajari dari tiga
perspektif: diplomatik, jurnalistik, dan propagandistik.
1.
Perspektif Diplomatik.
Lazim dilakukan secara interpersonal
atau kelompok kecil (small group) lewat jalur diplomatik; komunikasi langsung
antara pejabat tinggi negara untuk bekerjasama atau menyelesaikan konflik,
memelihara hubungan bilateral atau multilateral, memperkuat posisi tawar,
ataupun meningkatkan reputasi. Dilakukan pada konferensi pers, pertemuan
politik, atau jamuan makan malam.
2.
Perspektif Jurnalistik.
Dilakukan melalui saluran media
massa. Karena arus informasi didominasi negara maju, ada penilaian komunikasi
internasional dalam perspektif ini didominasi negara maju, juga dijadikan
negara maju sebagai alat kontrol terhadap kekuatan sosial yang dikendalikan
kekuatan politik dalam percaturan politik internasional. Penguasa arus
informasi menjadi gatekeeper yang mengontrol arus komunikasi. Jalur jurnalistik
ini jug sering digunakan untuk tujuan propaganda dengan tujuan mengubah
kebijakan dan kepentingan suatu negara atau memperlemah posisi negara lawan.
3.
Perspektif Propaganda.
Umumnya dilakukan melalui media
massa, ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain
dan dipacu sedemikian kuat agar mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta
tindakan; perolehan atau perluasan dukungan, pertajam atau pengubahan sikap dan
cara pandang terhadap suatu gagasan atau peristiwa atau kebijakan luar negeri
tertentu. Propaganda merupakan instrumen terampuh untuk memberikan pengaruh.
pengertian kontigensi beserta
komponen dan contohnya
Akuntansi
yang kita kenal sekarang telah berkembang seiring dengan zaman dan peradaban
manusia. Masyarakat modern tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan
akuntansi. Namun, akuntansi yang telah diterapkan sekarang, baik di perusahaan
profit oriented maupun non profit oriented, sebenarnya telah mengalami evolusi.
Dalam perkembangan akuntansi, bidang yang paling awal berkembang adalah
akuntansi keuangan. Seiring dengan perkembangan industri yang sangat pesat
karena kebutuhan akan informasi, maka berkembanglah bidang-bidang lain, seperti
akuntansi biaya, akuntansi manajemen, auditing, akuntansi perpajakan, akuntansi
sektor publik, sistem informasi akuntansi, akuntansi keperilakuan dan
perkembangan terakhir khususnya di Indonesia adanya konsep akuntansi syariah.
Bidang akutansi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang sehingga memperkaya
bidang akuntansi. Akuntansi manajemen menghasilkan informasi untuk pihak
internal perusahan (internal user), sedangkan akuntansi keuangan menghasilkan
informasi untuk pihak eksternal perusahaan (external user).
Akuntansi
manajemen merupakan suatu sistem informasi karena proses dari akuntansi
manajemen akan menghasilkan informasi. Pembuat informasi atau pengguna sistem
informasi adalah manusia (bisa para manajer, investor, pemerintah, dan user
lainnya yang berkepentingan dengan informasi tersebut). Keberhasilan suatu
sistem informasi tak lepas dari perilaku manusianya. Perkembangan akuntansi tak
lepas dari perilaku. Mendesaknya kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia
dalam bidang akuntansi maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya,
seperti ilmu psikologi dan sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan.
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan bidang yang sangat luas.Untuk lebih memahami implikasi riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research/BAR) terhadap pengembangan akuntansi manajemen (managerial accounting), kajian akan dimulai dari perkembangan akuntansi keperilakuan, akuntansi manajemen, riset akuntansi keperilakuan dalam akuntansi manajemen, seperti budgeting, balanced scorecard (BSC), just in time (JIT), total quality management, dan activity based costing system (ABC system).
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan bidang yang sangat luas.Untuk lebih memahami implikasi riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research/BAR) terhadap pengembangan akuntansi manajemen (managerial accounting), kajian akan dimulai dari perkembangan akuntansi keperilakuan, akuntansi manajemen, riset akuntansi keperilakuan dalam akuntansi manajemen, seperti budgeting, balanced scorecard (BSC), just in time (JIT), total quality management, dan activity based costing system (ABC system).
Akuntansi Keperilakuan dan Perkembangannya
Ikhsan
(2005) menyatakan bahwa tujuan ilmu keperilakuan adalah untuk memahami,
menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia sampai pada generalisasi yang
ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh empiris yang
dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik untuk
peninjauan maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang
tertarik. Selanjutnya Ikhsan (2005) menjelaskan bahwa akuntansi keperilakuan
menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik yang bertujuan (1)
untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan
kinerja perusahaan, (2) untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat
yang relevan terhadap perencanaan strategis, dan (3) untuk mempengaruhi
pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan
perusahaan. Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah dikaji dalam studi
yang dilakukan Lord (1989). Lord mengkaji perkembangan riset akuntansi
keperilakuan (behavioral accounting research) dari tahun 1952 sampai dengan
tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang
berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam fokus
penelitian, antara lain akuntansi dalan konteks organisasi (accounting in an
organizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi (early
psychology thoughts), pemrosesan informasi manusia (human information
proccesing), kontingensi teori (contingency teory), dan konferensi dan
peristiwa (conferences and events).
Studi
Burgstahler dan Sundem (1989) hampir sama dengan studi Lord (1989), yaitu
mengkaji perkembangan riset keperilakuan tahun 1968-1987.
Baik
artikel yang ditulis oleh Lord (1989) maupun Burgstahler dan Sundem (1989)
merupakan invited paper dalam rangka penerbitan pertama jurnal Behavioral
Research in Accounting. Hal itu berawal dari cikal bakal penelitian Argyris
(1952) yang pertama kali fokus pada anggaran hingga akhirnya sekarang
berkembang pada bidang lain, seperti auditing, pajak, dan akuntansi keuangan.
Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi
keperilakuan. Bidang riset keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam
ajang seminar nasional akuntansi (SNA) di Indonesia yang diselenggarakan setiap
tahun oleh IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan
Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam
seminar ini dibagi menjadi lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal;
akuntansi manajemen dan keperilakuan; akuntansi sektor publik dan perpajakan;
sistem informasi, auditing, dan etika; dan pendidikan akuntansi dan akuntansi
syariah. Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu
pembahasan dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama
membahas tentang manusia.
Akuntansi
Manajemen
Akuntansi
manajemen adalah bagian dari akuntansi yang bertujuan membantu manajer untuk
menjalankan tiga fungsi pokoknya, yaitu perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan. Kehadiran akuntansi manajemen atau sistem informasi
manajemen dalam perusahaan merupakan suatu sistem yang akan memberikan
informasi kepada manajemen untuk membantu pihak-pihak internal untuk mencapai
tujuan organisasinya.
Artikel
terbaru mengenai akuntansi manajemen ditulis oleh Birnberg G. Jacod (2000) yang
membahas tentang peranan riset keperilakuan dalam pendidikan akuntansi
manajemen pada abad ke dua puluh satu. Birnberg menjelaskan bahwa materi
akuntansi manajemen dalam tiga periode setelah Perang Dunia Kedua berakhir
meliputi periode akuntansi biaya (the cost-accounting period), periode
akuntansi manajemen modern (the modern management accounting period), periode
akuntansi manajemen postmodern (The post-modern management accounting period).
Fokus terbaru dalam akuntansi manajemen seperti dijelaskan oleh Hansen dan
Mowen (2005) adalah activity based perspective, total quality management, time
as competitive element, efficiency dan E-business.
management,
customer orientation, cross-functional
Akuntansi
manajemen sangat erat berkaitan dengan manusia. Kajian atau studi di bidang
akuntansi manajemen mendapat perhatian bagi riset akuntansi di bidang
keperilakuan. Kegagalan dalam hal pencapaian kinerja sebenarnya akibat dari
aspek keperilakuan.
Riset Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Manajemen Budgeting.
Riset Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Manajemen Budgeting.
Budgeting merupakan bagian dari materi akuntansi manajemen,
yang memegang peranan dalam perencanaan dan pengendalian sebagai dua bagian
yang tak terpisahkan. Perencanan berarti melihat ke depan, yang mengandung
pengertian yaitu menentukan tidakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk
merealisasikan tujuan tertentu. Sebaliknya, pengendalian adalah melihat ke
belakang yang berarti menilai apa yang telah dihasilkan dan membandingkan
dengan rencana yang telah disusun (Hansen & Mowen, 2005). Adapun tujuan
anggaran adalah memberikan informasi yang dapat meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan, sebagai standar bagi evaluasi kinerja dan meningkatkan
komunikasi dan koordinasi antarbagian. Anggaran yang disusun berupa anggaran
operasi (seperti anggaran penjualan, produksi, pembelian bahan, tenaga kerja,
overhead, beban penjualan dan administrasi, persediaan akhir, serta harga pokok
penjualan) dan anggaran keuangan [seperti anggaran arus kas, neraca, dan
pengeluaran modal].anggaran digunakan untuk mengontrol kinerja pekerja, yang
paling sederhana meliputi empat langkah berikut :
1.
Penetapan standar oleh manajemen
2.
Penetapan standar oleh kelompok yang
dikontrol
3.
Kinerja operasi
4.
Pelaporan hasil dengan ganjaran
positif.
Beberapa
hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang akuntansi
manajemen di Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional Akuntansi
(SNA). Rahman dkk. (2007) meneliti pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap
kejelasan peran, pemberdayaan, psikologis, dan kinerja manajerial dengan
pendekatan partial least square. Cahyono dkk. (2007) meneliti pengaruh moderasi
sistem pengendalian manajemen dan inovasi terhadap kinerja. Wijayantoro dkk.
(2007) meneliti hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan perilaku
disfunctional: budaya nasional sebagai variabel moderating (penelitian para
manajer perusahaan manufaktur di Jawa Tengah). Yufaningrum dkk. (2005)
menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui
komitmen tujuan anggaran dan job relevant information (JRI) sebagai variabel
intervening. Sumarno (2005) meneliti pengaruh komitmen organisasi dan gaya
kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja
manajerial.
Implikasi
Riset Akuntansi Keperilakuan, Terhadap Pengembangan Akuntansi Manajemen Melalui
riset akuntansi keperilakuan, teori-teori, konsep, dan isu-isu terbaru dalam
akuntansi manajemen dapat diuji secara empiris mengenai manfaat teori-teori
baru tersebut terhadap peningkatan kinerja dalam pengambilan keputusan
strategik. Dengan adanya hasil riset empiris dalam akuntansi manajemen ini
dapat membantu pengembangan akuntansi manajemen. Pihak manajemen menjadi yakin
terhadap konsep-konsep yang baru dikembangkan tersebut akan membantu dalam
fungsi pokok manajemen perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Isu – isu terbaru dalam akuntansi manajemen, seperti activity based management,
customer orientation, cross-functional perspective, total quality management,
time as competitive element, efficiency dan E-business, ABC system, dan
balanced scorecard ikut memperkaya hasil penelitian di bidang riset
keperilakuan.
Antara
akuntansi manajemen dan riset akuntansi keperilakuan ada keterkaitan karena
kesuksesan dalam menghasilkan informasi akuntansi manajemen sangat tergantung
pada faktor manusia dalam berperilaku. Riset akuntansi keperilakuan pertama
kali berkembang dari bidang akuntansi manajemen, yaitu bidang yang dibahas
adalah budgeting. Akuntansi manajemen dapat dikatakan memberikan kontribusi
yang besar dalam riset akuntansi keperilakuan. Bidang akuntansi manajemen
sangat berkaitan dengan perilaku manajer dan seluruh staf organisasi.
Tercapainya visi perusahaan sangatlah tergantung pada kerja sama antara
berbagai pihak, baik dari pihak internal perusahaan maupun kerja sama yang baik
dengan pihak ekstrnal perusahaan.